Tuesday, February 26, 2013

Kuliner Legendaris Kota Semarang at Toko Oen


Aku kali ini akan berbagi cerita tentang pengalamanku beberapa waktu yang lalu. Seminggu sebelum kuliah aku memilih kembali ke Semarang untuk sedikit mengakrabkan diri, sudah enam bulan kuliah di salah satu ibu kota Provinsi di Indonesia tetapi belum pernah sekalipun aku mengunjungi tempat yang katanya menarik untuk dikunjungi.

Petualanganku pagi ini yaitu mencari Toko Oen yang berada di Jl.Pemuda no 52. aku rela mati-matian mencarinya hanya karena membaca blog salah seorang yang memuat wisa kuliner wajib di Kota Semarang ini, aku melangkahkan kaki dari kampus di Tembalang menuju patung kuda lalu menaiki bus Damri jurusan Tugu Muda, misalkan kalian dari arah Solo kalian bisa turun di Suku(terminal bayangan) lalu menaiki bus Damrin dengan membayar Rp 3000 lalu turun di Tugu Muda. Berhubung aku tidak pernah jelajah semarang, melihat Lawang Sewu di seberang Tugu Muda pun baru kali ini, mengingat tujuan utamaku ke Toko Oen akhirnya aku memutuskan memakai jasa tukang ojek untuk mengantarkanku ke Toko Oen, setelah tawar menawar akhirnya kami sepakat di harga Rp 10.000 entah itu mahal atau murah soalnya kalau memakai jasa Taksipun paling tidak Rp 15.000 dari Tugu Muda kami menyusuri jalan di seberang Lawang Sewu hingga akhirnya si bapak tukang ojeknya bertanya “Toko Oen itu restoran kan mbak? Di Jalan Pemuda?” aku sebenarnya sedikit ragu tetapi berbekal membaca di blog itu akhirnya aku meng-iyakan. 

Toko Oen berada di seberang jalan dan terlihat jelas dengan huruf TOKO OEN di atas bangunan itu. Setelah turun dan mengulurkan uang Rp 10.000an bapak tukang ojeknya kembali bertanya “Apa saya tunggu mbak?” “Oh, tidak pak. Minta nomor hp bapak saja nanti kalau butuh saya hubungi” sejenak bapaknya mengeja nomor hpnya lalu aku memasuki dengan sedikit gugup benar saja baru pertama kali jelajah Semarang sendirian pula. Seorang pelayan mendekat lalu memberikan daftar menu makanan aku memesan satu tutti fruit dan . masih agak sepi sih,tetapi beberapa menit kemudian terlihat hilir mudik beberapa bapak-ibuk—tepatnya sih kakek nenek—yang memilih beberapa kue untuk dibawa pulang. 

Nah ini dia pesananku>>
Rasanya coklat yang manisnya, ada potongan buahnya juga. Enak poolll
Diambil disini


Lalu di susul>>

Diambil disini
Yang ini rasanya mirip srabi yang bentuknya bulat-bulat lalu ditaburi keju. Saran aja sih, kalau makan ini sendirian pastikan sebelumnya tidak makan berat soalnya aku hampir nggak habis tetapi sayang dong rasanya enak banget kok masih panas lagi kayaknya baru dibuat pas kita pesan. Suasana tempo dulunya berasa banget, dari model bangunan, suasana di dalamnya juga nyaman buat menenangkan fikiran yang sumpek. Nah ternyata Toko Oen itu berdiri sejak 1936. Setelah kenyang dan membayarnya di kasir aku meninggalkan tempat itu dengan berat—adem,tempo dulu, nyaman pokoknya. 

Setelah itu aku menaiki angkot menuju Java Mall karena ingin membeli beberapa buku di Gramedia dan tentunya memburu novel diskonnya. Actually setelah mendapat 4 novel yang menurutku oke nih akhirnya pulang dengan selamat menaiki angkot jurusan Banyumanik dengan membayar Rp 3000 saja. Rencana ke pasar Smawis berburu es congklik ditunda dulu, soalnya budget pelajar menyedihkan. hehe

Sunday, February 17, 2013

Wisata Solo at Pasar gede


Diambil di sini




My holiday in this year so long. Akhir pecan kali ini aku berencana nonton pertunjukan barongsai di Taman Sriwedari di daerah solo, berkat ide itu aku mengajak sahabtku Riessa yang udah tau seluk beluk rute solo karena beberapa waktu yang lalu jalur di kota solo di rubah jadi musti hati-hati biar nggak kena tilang.
Aku berangkat pukul ±10.00WIB karena hari minggu pagi di Solo ada Car Free Day dari pukul 06.00-09.00. Tujuan utama adalah melihat atraksi barongsai di Sriwedari, tapi setelah sampai di sana tidak mencium adanya atraksi barongsai akhirnya mikir keras dan sempat berdebat sama sahabatku yang satu ini akhirnya kami memutuskan ke Pasar Gede yang terletak di depan kantor Balaikota Surakarta. Katanya sih di situ pusatnya perayaan imlek juga, aku menyerah dan menuruti melajukan motorku ke Pasar Gede.  
Kami memarkir kendaraan di depan pasar pas,parkiran di situ padahal lumayan mengganggu jalan sih soalnya hari itu jalanan padat merayap selain bertepatan dengan banyaknya orang yang beribadah di kelenteng dekat Pasar Gede juga ada acara pembagian angpao yang berpusat di Balaikota Surakarta. Selama ±17 th ini aku belum pernah sekalipun masuk ke pasar gede hanya sesekali melewatinya atau membeli obat tradisional di komplek dekat pasar gede. Moment kali ini kita memuaskan diri untuk menjelajah pasar gede. Mulai pintu utama kita sudah di tawari berbagai snack tradisional, lalu kami berjalan lurus mendapati “Dawet Telasih bu Haji Siwo” dan musti sabar ngantri lumayan panjang soalnya ada yg mbungkus sekitar 6 bungkus,dawet yang satu ini enak banget loh, beda rasanya sama dawet-dawet Es dawet telasih ala Pasar Gede ini memiliki racikan yang terdiri dari bahan-bahan seperti ketan hitam, bubur sumsum, dawet, telasih, diberi campuran santan lalu disiram dengan sirup yang berasal dari bahan gula cair ditambah dengan pecahan es batu. Untuk tambahan, Anda dapat meminta campuran tape ketan pada campuran es dawet telasih yang Anda pesan untuk menambah aroma sekaligus rasa.Dari segi harga, es dawet telasih di tempat ini dibandrol dengan harga yang lebih murah, yaitu Rp 3.000,00 per-mangkuknya untuk sajian es dawet telasih komplit dengan tape ketan. Dari segi rasa menurut saya kedua warung ini menyajikan es dawet telasih dengan rasa yang hampir sama, sama-sama enak ketika meluncur ke dalam mulut. 

Setelah itu kita keliling sebentar di pasar gede, ada penjual buah, daging, udah tersusun rapid eh dan nyaman menurutku tapi berhubung perut udah teriak-teriak minta di isi aku dan Riessa keluar dari Pasar Gede jalan kaki ke Mi Gajah Mas yang sangat mencolok dengan aksen Kuning  pamphlet, lokasinya tak jauh dari Pasar Gede lokasinya di antara Balaikota ke timur arah Pasar Gede, aku dan riessa memesan Mie ayam bakso pangsit porsi kecil alias ½ porsi soalnya kata Riessa

Monday, February 4, 2013

My Holiday

Liburan semester berlalu 3 pekan dan di isi dengan sosialisasi Universitas ke adik-adik SMA se-Sukoharjo kawan blogers, tapi sensasi capek, seneng, tawa, sedih jadi satu deh pulang kehujanan. Selain itu juga silaturahmi ke rumah Ester—sahabatku yang terpisah semenjak SMA—kangen banget rasanya, terus ke rumah Gina—lupa rumah dan ke sasar beberapa kali—di jemput di BRI mojolaban. Nah, untuk hari ini ada agenda ke rumah vani—anaknya rame plus kocak deh—di daerah Sukoharjo.

Ketok rumah, nggak ada yang jawab sampai beberapa kali akhirnya aku membuka pintu rumahnya sendiri—udah kayak keluarga sih (jangan ditiru)—nah, pas di buka vani udah nyembul di depan pintu kamarnya. Akhirnya aku di boyong ke kamar, dua gelas dengan satu teko berisi sirup manis di meja sisi tempat tidur, lalu beberapa toples berisi keripik pedas, wafer isi vanilla dan coklat. Ngobrol dari makanan yang kita makan pedasnya melebihi kripik setan sampai penyanyi favorit kita masing-masing(read: miley cyrus dan taylor swift). Cerita berlanjut sampai dia protes nggak di ajak ke rumah Gina maklum, jarang banget ke sana, seringnya ke rumahku karena lebih santai(read: aku jarang mau di ajak vani ke sana).

Setelah memasuki jam makan siang kami memutuskan untuk membeli makan di luar, meskipun belum menentukan tempat tetap saja roda motor itu bergulir kencang—kebiasaan. Akhirnya vani mengusulkan ke Hartono Life  Style Mall—Mall baru yang di bangun daerah Solo Baru—yang jaraknya tak jauh dari rumah vani. Memasuki parkiran di basement bagian bawah, menuju lantai satu dan memasuki satu demi satu pertokoan karena Mall baru jadi masih sangat sedikit yang menjajakan mulai pakaian sampai aksesoris. Oke, tujuan pertama yaitu “Makan Siang”, aku merengek ingin mencoba masakan Jepang  dan beruntunglah di sudut Mall—entah itu lantai berapa karena bingung—ada kios khusus masakan Jepang. 

Di ambang pintu seorang pelayan membukakan pintu—Resto Takigawa—dan kami di antar ke suatu tempat. Cukup nyaman sih tapi sayangnya lantunan music yang menyambar telinga kami justrul music eropa—mengurangi selera—tapi hal itu nggak mengganggu kenyamanan. Setelah mendebat menu makan siang karena aku nggak ngerti masakan Jepang yang terpampang di daftar menu—baru sekali sih—cara terbaik yaitu melihat gambar, aku memesan Energy Ramen dan Vani memesan Chicken Sizz serta dua soft drink sebagai minumnya. 

 Energy Ramen itu mie berkuah bening dengan sedikit rasa jahe dan irisan daging sapi, daging sapinya banyak loh teksturnya lebut dan di jamin kenyang–recommended J. Nyummy banget>>
Ambil di sini
IDR 49K

Ini Chicken Sizz. Chicken Sizzling Ramen itu mie berkuah

IDR 47K
Setelah selesai makan kami di suguhi bill yang cukup membelalakkan mata—kantong mahasiswa bayar sendiri—tapi itu menurutku sepadan sama rasa yang di suguhkan.  Akhirnya kami ke lantai dasar karena inget pesan umi di suruh membeli coklat—coklat batang untuk membuat kue berat 500gr—serta tepung.