Aku kali ini akan
berbagi cerita tentang pengalamanku beberapa waktu yang lalu. Seminggu sebelum
kuliah aku memilih kembali ke Semarang untuk sedikit mengakrabkan diri, sudah
enam bulan kuliah di salah satu ibu kota Provinsi di Indonesia tetapi belum pernah
sekalipun aku mengunjungi tempat yang katanya menarik untuk dikunjungi.
Petualanganku pagi ini
yaitu mencari Toko Oen yang berada di Jl.Pemuda no 52. aku rela mati-matian
mencarinya hanya karena membaca blog salah seorang yang memuat wisa kuliner wajib
di Kota Semarang ini, aku melangkahkan kaki dari kampus di Tembalang menuju
patung kuda lalu menaiki bus Damri jurusan Tugu Muda, misalkan kalian dari arah
Solo kalian bisa turun di Suku(terminal bayangan) lalu menaiki bus Damrin
dengan membayar Rp 3000 lalu turun di Tugu Muda. Berhubung aku tidak pernah
jelajah semarang, melihat Lawang Sewu di seberang Tugu Muda pun baru kali ini,
mengingat tujuan utamaku ke Toko Oen akhirnya aku memutuskan memakai jasa
tukang ojek untuk mengantarkanku ke Toko Oen, setelah tawar menawar akhirnya
kami sepakat di harga Rp 10.000 entah itu mahal atau murah soalnya kalau
memakai jasa Taksipun paling tidak Rp 15.000 dari Tugu Muda kami menyusuri
jalan di seberang Lawang Sewu hingga akhirnya si bapak tukang ojeknya bertanya
“Toko Oen itu restoran kan mbak? Di Jalan Pemuda?” aku sebenarnya sedikit ragu
tetapi berbekal membaca di blog itu akhirnya aku meng-iyakan.
Toko Oen berada di
seberang jalan dan terlihat jelas dengan huruf TOKO OEN di atas bangunan itu.
Setelah turun dan mengulurkan uang Rp 10.000an bapak tukang ojeknya kembali
bertanya “Apa saya tunggu mbak?” “Oh, tidak pak. Minta nomor hp bapak saja
nanti kalau butuh saya hubungi” sejenak bapaknya mengeja nomor hpnya lalu aku
memasuki dengan sedikit gugup benar saja baru pertama kali jelajah Semarang
sendirian pula. Seorang pelayan mendekat lalu memberikan daftar menu makanan
aku memesan satu tutti fruit dan . masih agak sepi sih,tetapi beberapa menit
kemudian terlihat hilir mudik beberapa bapak-ibuk—tepatnya sih kakek nenek—yang
memilih beberapa kue untuk dibawa pulang.
Nah ini dia
pesananku>>
Rasanya coklat yang
manisnya, ada potongan buahnya juga. Enak poolll
Diambil disini |
Lalu di susul>>
Diambil disini |
Yang ini rasanya mirip
srabi yang bentuknya bulat-bulat lalu ditaburi keju. Saran aja sih, kalau makan
ini sendirian pastikan sebelumnya tidak makan berat soalnya aku hampir nggak
habis tetapi sayang dong rasanya enak banget kok masih panas lagi kayaknya baru
dibuat pas kita pesan. Suasana tempo dulunya berasa banget, dari model
bangunan, suasana di dalamnya juga nyaman buat menenangkan fikiran yang sumpek.
Nah ternyata Toko Oen itu berdiri sejak 1936. Setelah kenyang dan membayarnya
di kasir aku meninggalkan tempat itu dengan berat—adem,tempo dulu, nyaman
pokoknya.
Setelah itu aku menaiki angkot menuju Java Mall karena ingin membeli
beberapa buku di Gramedia dan tentunya memburu novel diskonnya. Actually
setelah mendapat 4 novel yang menurutku oke nih akhirnya pulang dengan selamat
menaiki angkot jurusan Banyumanik dengan membayar Rp 3000 saja. Rencana ke
pasar Smawis berburu es congklik ditunda dulu, soalnya budget pelajar
menyedihkan. hehe