Saya
adalah seorang mahasiswi semester dua di salah satu Universitas terkemuka di
Indonesia. Hari-hari saya disibukkan dengan berbagai hal, mulai dari kegiatan
di kampus, masyarakat maupun teman-teman. Tidak dapat di pungkiri setiap kali
saya bertemu dengan teman-teman pakaian yang mereka kenakanpun berbeda pula
mengikuti perkembangan jaman, layaknya batik.
Batikmerupakan salah satu warisan budaya di Indonesia, macamnya juga banyak dan
hampir di setiap daerah mempunyai ciri khasnya masing-masing. Kini batik tidak
hanya di jumpai dalam bentuk jarik(selembar kain yang dililitkan di tubuh) saja
tetapi sudah merambah berbagai hal seperti baju, rok, celana, dopet maupun
aksesoris sebagai penunjang gaya hidup lainnya.
Saya
mengenakan batik sejak TK, kemudian MI, SMP, SMA dan berlanjut sampai di bangku
kuliah. Satu hari dari tujuh minggu itu instansi tersebut mewajibkan untuk
mengenakan pakaian batik. Bahkan, ketika saya SMA sragam sekolah wajib berbatik
itu mulai hari rabu-sabtu.
Saat
kelas dua SMA, seorang guru kesenian mewajibkan kami untuk membuat sapu tangan
motif batik. Hari itu, semua siswa di kelasku berkumpul di aula sekolah dengan
membawa malam, kompor, wajan(penggorengan), canthing besar, canthing kecil,
kain mori ukuran sapu tangan, pewarna dan pensil.
Langkah
membuat batik tulis. Pertama, membuat motif dengan pensil di atas kain mori.
Kedua, nyalakan kompor dengan nyala kecil dan taruh wajan di atasnya
kemudian masukkan malam pada wajan hingga meleleh. Tiga, siapkan canting,
pastikan tidak bocor dan ujungnya tidak tertutup. Empat, tunggu sampai malam
mendidih. Lima, ambil malam dengan canting lalu goreskan malam di mori
sebelumnya tiup dulu bagian ujung agar tidak tersumbat. Enam, jemur kain yang
sudah di beri malam hingga kering, kemudian berikan warna pada motif batik
dengan pewarna. Tujuh, kunci warna batik dengan cairan pengunci dan pastikan
tidak bocor, agar warna tidak bercampur dengan yang lain. Delapan, rebus kain
untuk meluruhkan malam lalu di jemur hingga kering. Nah, kesalahan yang biasa
terjadi saat proses membatik adalah menyalakan api terlalu besar, malam tidak
tembus sampai bawah lapisan sehingga ketika di berikan pewarna akan bercampur
dengan pewarna di bagian lainnya, membatik dengan posisi canting tegak yang
seharusnya agak miring.
Penjelasan
mengenai proses membatik sudah sedikit saya jelaskan di atas, namun kebanyakan
memilih untuk membeli batik jadi tanpa harus repot mebuatnya terlebihdahulu. Solo,
khususnya di Pasar Klewer terkenal surganya untuk belanja dan para kolektor batik,
apalagi kalau bisa menawar harganya pasti sangat murah. Selain Pasar Klewer, di
Solo juga banyak toko batik, di Pusat Grosir Solo (PGS) harga yang di tawarkan
pun tidak jauh berbeda mulai dari 15.000-150.000 untuk gamis. Nah, untuk
kwalitas batik nomor wahid kita bisa membeli batik di butik batik, harga yang
di tawarkan berkisar Rp 150.000-1.000.000 harga yang sepadan karena itu batik
tulis asli. Bahkan, seiring perkembangan zaman penjualan batik online sudah
mewabah di masyarakat, salah satu situs menyediakan serba-serbi berbau batik
yaitu www.berbatik.com, mudah, cepat, dan
menyesuaikan kantong kita masing-masing. Bagi yang hobbi online dan terkesan nggak mau repot cenderung lebih
memilih batik online. So, berbatik itu tetep bisa modis dan elegan kok, jadi
jangan takut lagi memakai batik ya kawan.
Berikut
ini adalah contoh batik hasil karya kakak tingkat sewaktu bangku SMA dan di
patenkan sebagai seragam batik sekolah. WOW banget nggak sih?
(sumber: foto pribadi)
Ini dia hasil karya batik tulisku pertama. Kesalahan dalam membatik yaitu seringnya malam tidak tembus sampai bawah kain yang menyebabkan bercampurnya warna seperti karyaku di tahap belajar ini.>>Sumber: Koleksi Pribadi |
Detail bagian tengah |
Keceriaan bersama teman-teman memakai batik